Friday, 3 November 2017

PERKEMBANGAN ANAK

  1. Pengertian Perkembangan
Pengertian perkembangan menurut para ahli :
·         Menurut E.B. Harlock, perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman dan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat kuantitatif.
·         Menurut McLeod, perkembangan adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju.
·         Menurut Sentrok Yussen, perkembangan adalah pola perkembangan individu yang berawal pada konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi.
·         Menurut Dictionary of Psichology dan The Penguin Dictionary, peekembangan adalah tahapan-tahapan yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organisme lain tanpa membeda-bedakan aspek-aspek yang terdapat dalam diri organisme-organisme tersebut.[[1]]
·         Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perkembangan adalah perihal berkembang. Dan kata berkembang memiliki arti mekar, terbuka :menjadi besar, luas dan banyak serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan dan sebagainya.[[2]]


Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan Perkembangan adalah suatu proses yang berkesinambungan dengan menyempurnakan funsi psikologi yang disandang oleh organ fisik, tetapi sering kali muncul pada kecepatan yang bervariasi.

B. Tahap-Tahap Perkembangan Anak
  1. Masa Pranatal
a.       Masa Midigah/Embrio : konsepsi – 8 minggu
b.      Masa janin/fetus : 9 minggu - lahir
  1. Masa bayi : usia 0 - 1 tahun
a.       Masa Neonatal : usia 0 - 28 hari
    • Masa neonatal dini : 0 -7 hari
    • Masa neonatal lanjut : 8 – 28 hari
b.      Masa pasca neonatal : 29 hari-1tahun
  1. Masa Prasekolah : usia 1 - 6 tahun
  2. Masa Sekolah : usia 6 - 18/20 tahun
a.       Masa pra remaja : usia 6 – 10 tahun
b.      Masa remaja :
·         Masa remaja dini
§  Wanita : usia 8 - 13 tahun
§  Pria : usia 10 – 15 tahun
·         Masa remaja lanjut
§  Wanita : usia 13 – 18 tahun
§  Pria : usia 15 – 20 tahun.[[3]]
C. Aspek Aspek dalam Perkembangan Anak
1.      Perkembangan Kognitif Anak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kognitif adalah berhubungan dengan atau melibatkan kognisi, adapun kognisi yaitu kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dsb) atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri.[[4]]
Sehingga dapat disimpulkan perkembangan kognitif yaitu perkembangan yang melibatkan proses memperoleh pengetahuan atau mengenali sesuatu melalui diri sendiri.
2.      Perkembangan Motorik Anak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, motorik adalah bersangkutan dengan penggerak,[[5]] sehingga yang dimaksut perkembangan motorik yaitu Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord.
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus.
§  Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.[[6]]
§  motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya.[[7]]
3.      Perkembangan Bahasa Anak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah istem lambang bunyi yg arbitrer, yg digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.[[8]]
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan scseorang disimbolisasikan agar dapat mcnyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karera itu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan perkembangan bahasa yaitu perkembangan dimana anak sedikitdemi sesikit mulai beruasaha untuk berkomunikasi yaitu kemampuan untuk merespon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
4.      Perkembangan Fisik Anak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fisik adalah jasmani dan badan.[[9]]
Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat           aspek,yaitu:
·    Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi;
·    Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik;
·    Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis;
·    Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
Awal dari perkembangan pribadi seseorang asasnya bersifat biologis. Dalam taraf-taraf perkembangan selanjutnya, normlitas dari konstitusi, struktur dan kondisi talian dengan masalah Body-Image, self-concept, self-esteem dan rasa harga dirinya.
Faktor Perkembangan Fisik
-     Keturunan (genetik)
-     Lingkungan
-     Gizi
-     Gangguan emosional (produksi adrenalin steroid yang berlebihan)
-    Faktor Sebelum Lahir (Kekurangan nutrisi & vitamin)
-    Faktor ketika lahir (pendarahan yang disebabkan oleh tekanan dari dinding rahim)
-    Faktor Sesudah Lahir (Pengalaman traumatik pada kepala)
-    Faktor Psikologis :
5.      Perkembangan Sosial Anak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosial adalah berkenaan dengan masyarakat.[[10]] Dalam hal ini perekembangan lebih ditekankan bagaimana anak berinteraksi dengan orang lain, baik itu orangtua, saudara maupun tetangga.
Pada masa anak menurut Syamsu Yusuf, bentuk-bentuk prilaku sosial itu adalah sebagai berikut :
a) Pembangkangan (negativisme), yaitu bentuk tingkah laku melawan.
b) Agresi (Agresion), yaitu perilaku menyerang balik secara verbal dan non vernbal
c) Berselisih atau bertengkar (quarelling), terjadi apabila anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain.
d) Menggoda (teasing), yaitu sebagai bentuk lain dari agresif.
e) Persaingan (rivally)
                        Faktor faktor ayng mempengaruhi perkembangan sosial anak usia dini
1. Pengaruh orang tua
Tidak dapat diragukan lagi bahwa orang tua sangat mempengaruhi perkembangan tingkah laku sosial anak. Hubungan yang mendalam dan akrab besar pengaruhnya terhadap proses sosialisasi remaja. Namun karena remaja menjadi mandiri dan tidak mau lagi banyak diatur, serta dituntut patuh oleh orang tua dalam kehidupan sosial, maka terjadi konflik antara orang tua dan remaja. Senarnya hal ini tidak perlu terjadi kalau orang tua memberi kesempatan untuk mengambil keputusan tentang hubungan sosialnya seperti menentukan teman, anggota kelompok dan berbagai dalam kehidupan sosialnya.
2. Kematangan
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisikdan psikis. Untuk mampu mempertimbangkan dalam proses sosial memberikan dan menerima pendapat orang lain. memerlukan kematangan intelektual dan emosional.  Disamping itu kemampuan berbahasa ikut pula menenuntukan.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak bukan sebagai anak yang independen akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu, “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya akan memperhitungkan norma yang berlaku didalam keluarganya.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif akan memberi warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
5. Kapasitas mental : emosi dan intelegensi
Berpikir berarti meletakkan hubungan antar bagian pengetshusn ysng diperoleh manusia. Kemampuan berpikir mempenagruhi kemampuan belajar, memecahkan masalah , dan berbahasa. Perkembangan emosi seperti yang telah diuraikan di bab pertama, berpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa tinggi, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat  menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.

6.      Perkembangan Emosional Anak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, emosional adalah menyentuh perasaan; mengharukan.[[11]] Perkembangan emosional anak yaitu dimana perasaan yang dimiliki anak berkembang.  

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Secara umum perkembangan emosi dipengaruhi oleh kematangan dan belajar anak.
Adapan metode belajar yang menunjang perkembangan emosi anak :
a. Belajar dengan coba–coba
Anak belajar dengan coba – coba untuk mengekspresikan emosinya dengan bentuk perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
b. Belajar dengan cara meniru
Dengan cara meniru dan mengamati hal – hal yang membangkitkan emosi orang lain, maka anak- anak akan mendapat reaksi untuk mengikuti emosi itu.
c. Belajar dengan mempersamakan diri
Anak hanya meniru emosi orang yang dianggap sama karakternya dengan dirinya.
d. Belajar melalui pengondisian
Dengan metode ini,objek situasi yangmulanya gagal memancing reaksi emosional kemudian berhasil dengan cara asosiasi. Pengondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun – tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang mampu menalar, mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.
e. Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan di cegah agar tidak bereaksi emosional terhadap rangsagan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.


  1. Masalah Yang Terjadi Dalam Perkembangan Anak
Masalah Perkembangan Pada Masa Kanak-Kanak :
1. Disleksia
Disleksia adalah gangguan perkembangan pada otak sejak lahir  ditandai dengan ketidakmampuan belajar anak di usia sekolah dalam hal membaca dan menulis, atau ketidakmampuan belajar terutama mengenai bahasa yang mempengaruhi kemampuan mempelajari kata-kata, membaca dan menulis meskipun anak memiliki tingkat kecerdasan rata-rata, memiliki kesempatan pendidikan yang cukup serta memiliki penglihatan dan pendengaran yang normal.
Penyebab
Kelainan otak bawaan sejak lahir disebabkan perkembangan otak pada masa janin yang mengalami hambatan/gangguan.
Penanganan :
1) Manajemen kelas kecil, misal 10 anak dengan 2 orang pembimbing.
2) Pendekatan multisensory. Agar siswa lebih mudah memahami pelajaran, guru menyampaikan materi melalui berbagai indra ( penglihatan, pendengaran, sentuhan, pengamatan langsung).
3) Ukuran huruf-huruf yang besar. Dalam pelajaran membaca, huruf dibuat dalam ukuran besar dan diberi tanda khusus, misal huruf “b” warna merah, huruf “d” warna hijau.
4)Fokus step by step. Dalam pelajaran membaca dan menulis, fokuskan pada satu huruf dahulu secara berulang-ulang, setelah anak bisa mengingat dan menuliskannya kembali tanpa ada kesalahan baru berpindah pada huruf berikutnya.
5) Membaca Teknis. Memulai pelajaran dari hal yang sudah dikuasai siswa, membaca bacaan bergambar dan menjawab pertanyaan dari bacaan tersebut, membedakan huruf “b” dan “d” dengan tangan kanan dan tangan kiri, di kelas formal beri kesempatan siswa dengan disleksia mendapat giliran membaca paling akhir dari teman-temannya.
6)Kegiatan ekstrakurikuler. Dalam hal ini dikhususkan pada pelajaran membaca, menulis dan berhitung untuk meminimalisir kesulitan belajar siswa.
7) Pelatihan keterampilan sosial. Hal ini untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap diri sendiri dan lingkungan sosialnya, siswa juga diarahkan untuk memahami kesulitan belajar yang ia hadapi serta cara-cara mengatasinya.
8)Bantuan ahli terapi.
2. Phobia Sosial
Phobia sosial adalah gangguan perkembangan sosial anak dimana anak berada dalam  kondisi irasional yaitu kecemasan yang berlebihan ketika berinteraksi dengan lingkungan sosial.
Penyebab
1) Pola asuh yang salah sehingga perkembangan kemandirian sosialnya terhambat, misal orang tua dengan pengasuhan yang otoriter, atau overprotektif.
2)  Trauma
3)  Genetik/bawaan dari lahir
Yaitu pada masa janin perkembangan otak anak tidak normal, terdapat kelebihan pada otak bagian kanan (amygdala) yang berperan mengontrol rasa takut. Respon tersebut menimbulkan reaksi fisik saat anak berinteraksi, misal pusing, mual, sakit perut, keringat dingin. Reaksi fisik  tersebut dipicu oleh adanya overaktif pada system saraf otonom yang mengatur system saraf denyut jantung.
Penanganan
1) Mengevaluasi pola asuh. Idealnya orang tua bersikap demokratis, tetap memegang kendali namun tetap memberikan kebebasan anak berpendapat.
2) Agenda sosialisasi. Masukkan jadwal sosialisasi dalam jadwal kegiatan anak. Anak sebaiknya tidak teralu disibukkan dengan les privat sehingga membuat ia lupa bermain dengan teman-temannya. Pastikan anak mempunyai waktu untuk menambah koleksi teman dan berinteraksi dengan teman lama.
3) Kenalkan anak pada beragam karakter. Hal ini dapat dilakukan dengan membacakan cerita fiksi, mengenalnya tokok-tokoh yang ada  didalam cerita tersebut, atau bisa juga menceritakan pengalaman berteman guru/orang tua kemudian membiarkan anak memperlajari tokoh-tokoh yang diceritakan dan minta anak untuk menceritakan  kembali  apa yang ia dengar dan pahami dari karakter tokoh-tokoh tersebut.
4) Bermain peran. Hal ini untuk melatih anak komunikasi interpersonal. Misal, bermain telpon-telponan, guru/oarngtua sebagai penelpon, anak sebagai penerima. Atau bermain dengan bertamu kerumah tetangga, guru/orangtua sebagai tuan rumah, anak sebagai tetangga yang berkunjung.
5) Sering mengajak anak silaturahim kekerabat, sepupu, tetangga, bermain di taman bermain dan tempat keramaian lain.
3.    Hiperaktivitas
        Hiperaktivitas adalah suatu gangguan perkembangan pada tingkat aktivitas anak, dimana anak memiliki aktivitas yang berlebihan (tinggi), ata suatu pola perilaku anak yang menyebabkan sikap anak tidak mau diam, tidak bisa focus perhatian dan impulsive (semaunya sendiri). Anak hiperaktif cenderung selalu bergerak dan tidak bisa tenang.
Penyebab
1) Gangguan perkembangan otak pada masa janin di akibatkan keracunan kehamilan
2) Keracunan timbal yang parah pada masa kanak-kanak, menyebabkan gangguan proses perkembangan otak ditandai dengan kesulitan konsentrasi dan hiperaktif. Sumber produksi timbal yaitu batu battery,asap kendaraan, cat rumah yang sudah tua, bengkel produksi mobil bekas.
3) Infeksi Telinga, yang menyebakan lemahnya pendengaran sehingga perkembangan bahasa lamban dan perilaku menjadi hiperaktif.
4)  Disfungsi neurologis, dengan gejala utama tidak bisa memusatkan perhatian.
Penanganan
1. Bimbinglah anak hiperaktif menemukan keunggulan dan kekuatan. Hal ini bertujuan agar mereka  terlatih menghargai diri pribadi yang memiliki keunikan yaitu kelebihan dan kekurangan.
2. Ajarkan disiplin. Disipilin yang tinggi pada anak hiperaktif penting agar ia dapat mengatur dirinya dengan baik.
3. Jangan menghukum.  Perilaku hiperaktif anak bukanlah suatu kesalahan yang disengaja, tetapi karena perkembangan otaknya tak sempurna, dan ia tidak perlu dihukum.
4 Salurkan ke-agresifan anak. Libatkan dan ikutsertakan anak dalam kegiatan olahraga dan kegiatan di luar ruangan.
5. Jangan memberi label. Jangan member label anak hiperaktfi dengan kata-kata “nakal/bodoh/malas”, karena pada akhirnya ia akan berperilaku seperti yang dilabelkan kepadanya, bantu anak menyelesaikan permasalahannya.
6. Pengulangan . Teruslah mengulang   hal-hal yang dengan cepat dapat dipelajari dan diingat oleh anak.
7. Perbanyak komunikasi. Jika pada anak normal hanya berkomunikasi pada saat tertentu, maka pada anak hiperaktif  harus berkomunikasi lebih sering.
8.Pengawasan. Lakukan pengawasan gerakan anak yang bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. 
Masalah Perkembangan Pada Masa Remaja (  SLTP & SLTA)
1.      Perkembangan Ciri Sekunder Yang Tertunda / Terhambat.
Defenisi
·         Suatu kondisi dimana ciri sekunder pada ramaja terlambat perkembangannya, yang menyebabkan ketidakpuasan remaja akan body image.
·         Pada remaja yang  melewati masa puber (masa remaja awal) dan akhir masa puber (masa remaja akhir), permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/keprihatinan mereka dengan keadaan fisik yang tidak berkembang secara proporsional sesuai dengan usia remaja pada umumnya atau tidak berkembang sesuai dengan fisik ideal yang mereka inginkan.
·         Remaja dengan permasalahan ini seringkali membandingkan dirinya dengan fisik orang lain ataupun fisik artis/aktor idola mereka, dalam hal ini terfokus pada pinggul, pantat, perut, paha dan payudara (remaja perempuan) dan kumis, jakun, jenggot dan otot kekar (pada remaja laki-laki).
Akibat pada remaja
   1.   Kepercayaan diri remaja menurun
   2.   Distress emosi
   3.   Pikiran yang berlebihan tentang penampilan
   4.   Depresi
   5.   Perilaku makan yang malapdativ, berlanjut ke anoreksia
   6.   Menurunnya nilai akademik di sekolah

      Penanganan
   1.Bagi orang tua, penting mempertahankan agar anak remajanya selalu dalam keadaan sehat, dan terpenuhi kebutuhan akan gizi seimbang.
   2.Memberikan pemahaman kepada anak tentang proses kematangan pada anak seusianya dan hal-hal yang dapat menghambat kematangan tersebut bukanlah suatu yang memalukan /menakutkan, sehingga ia tidak membayangkan terus-menerus bahwa ada suatu kesalahan pada dirinya bilamana ia berbeda dengan teman-temannya.
   3.Bimbing anak menggali potensi diri, yang bisa menjadi keunggulan dalam hal yang lain sehingga ia tidak merasa malu akan penampilan, misal prestasi akademik, prestasi olahraga, perstasi seni, dan lain-lain.
   4.Membantu anak memperbaiki penampilan diri.
   5.Menjelaskan pada anak bahwa setiap individu itu unik, berbeda dan mempunyai karakteristik masing-masing yang bisa di unggulkan.


2.   Keterlambatan Mencapai Tahap Perkembangan Kognitif Operasional Formal
Defenisi
·         Merupakan suatu perilaku ketidakmampuan remaja dalam mencapai tahap perkembangan   operasional  formal yaitu kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
·         Sebagian remaja masih berada pada pada tahap perkembangan berpikir sebelumnya yaitu tahapan operasional kongkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana, dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi.
·         Jika keterlambatan perkembangan tahapan ini tidak dilatih/diperbaiki maka akan berlanjut hingga dewasa, dimana seseorang tidak mempunyai keterampilan berfikir dan masih menggunakan penalaran dari operasional kongkrit.
·         Masalah pola pikir ini sering terjadi pada remaja-remaja di negara berkembang dan negara terbelakang.
                 
Penyebab
1.   Pola asuh orang tua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga remaja tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya
2.   Sistem pendidikan yang selalu menggunakan metode satu arah ( ceramah), tidak melatih anak berpikir dan berpendapat.
3.   Kurangnya perhatian guru dan orang tua pada tahap perkembangan berpikir remaja.
Penangangan
1. Pentingnya memberikan pemahaman kepada anak tentang tugas-tugas perkembangan pada remaja secara normal dan memotivasinya untuk mencapai hal itu.
2.Mendorong anak untuk bercita-cita secara realistik, dan tidak kecewa akan prestasi yang telah dicapai tetapi berusaha memperbaikinya
3.Ajak remaja berdiskusi tentang banyak hal, mempelajari dan mengembangkan konsep-konsep sederhana menjadi lebih komplit, hargai perbedaan perndapatnya.
4.Libatkan remaja dalam menyelesaikan suatu permasalahan, biarkan ia berfikir secara bebas hargai ide dan pendapatnya, meskipun ide tersebut tidak realistik untuk diterapkan dan tidak ada hasil yang siginifikan bila ide tersebut dilaksanakan.[[12]]




[1] http://dilihatya.com/2401/ Senin,22 Desember, pukul 21:43 wib
[2]  Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2007, Hlm. 538
[3] dr.Soetjiningsih,SpAK, Tumbuh Kembang Anak.Jakarta,ECG,1995, hlm. 17
[4] Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2007, Hlm. 579
[5] Ibid. Hlm. 756
[6] dr.Soetjiningsih,SpAK, Tumbuh Kembang Anak.Jakarta,ECG,1995,Hlm. 30
[7] Ibid. Hlm. 29
[8] Tim Penyusun Pusat Bahasa, Op.Cit, Hlm. 88

[9] Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2007, Hlm. 317
[10] Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2007, Hlm. 1085
[11] Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2007, Hlm. 298
[12] https://bidansmart.wordpress.com/2010/03/15/masalah-perkembangan-pada-anak-remaja-dan-dewasa-awal/

No comments:

Post a Comment